Songke adalah narasi kehidupan untuk generasi penerus Manggarai, toing agu titong. Latar belakang memberikan motif pada tenunan Manggarai, Sebenarnya berangkat dari keinginan untuk melestarikan nilai-nilai kehidupan. Tentang hal-hal yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah, yang indah dan lain sebagainya. Atau nasehat seperti apa yang harus di hindari. Songke adalah sebuah karya yang etis, yang logis dan juga estetis.
Kita memang harus masuk ke dalam kategori-kategori narasi besar kehidupan orang Manggarai. Bicara tentang motif songke orang Manggarai memiliki pikiran yang bertingkat, para leluhur kita sepertinya mengutamakan sesuatu yang asli dari kehidupan ini, kemudian baru menjabarkan maknanya. Orang Manggarai mempercayai, dunia terbagi ke dalam tiga bagian yaitu dunia yang tidak kelihatan, dunia yang kelihatan dan dunia dari Mori Kraeng. Dunia yang kelihatan adalah tempat kita sekarang, yang terdiri dari makhluk hidup seperti manusia, tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain sebagainya. Unsur-unsur kelihatan inilah yang menjadi dasar motif-motif songke Manggarai.
Motif wela kaweng mengandung makna kehidupan manusia sangat bergantung pada langit, bumi dan alam semesta. Kelestarian alam akan menunjang kehidupan manusia dari waktu ke waktu.
Wela kaweng juga menyimbolkan pribadi yang bisa bertahan di lingkungan mana pun, sekaligus bisa merangkul banyak orang karena memiliki beragam kemampuan.
Selain itu motif ini mengandung makna satu dalam keberagaman. Motif ini sangat cocok dikenakan oleh seorang pemimpin atau pejabat. Pluralisme menjadi karakteristik utama orang Manggarai. Masyarakat yang sangat terbuka dan mudah beradaptasi dengan perubahan.
Komentar
Posting Komentar