Cibal Dan Lipa Songke


Lipa Songke merupakan tenunan khas daerah Manggarai termasuk Desa Golo Kecamatan Cibal yang merupakan daerah yang terkenal dengan tenunannya, bahwa dengan menghasilkan tenunan memberikan kepada perempuan-perempuan penenun posisi yang penting dalam masyarakat Desa itu sendiri. Kain tenun songke Manggarai masih belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Kain songke tersebut merupakan kain yang wajib dipakai oleh masyarakat sejak dahulu. Kain songke ini wajib digunakan saat acara-acara adat. Antara lain saat kenduri (penti), membuka ladang (randang), hingga saat musyawarah (Nempung). Kaum laki-laki biasa mengenakan (tengge) Songke lalu mengombinasikannya dengan destar atau ikat kepala atau peci khas Manggarai. Sementara para perempuan mengenakan dengan cara yang sama dengan atasan kebaya. Kain songke juga dipakai oleh para petarung dalam tarian Caci serta, dimanfaatkan sebagai mas kawin (belis) hingga untuk membungkus jenazah. 

Penenun songke, di Desa Golo, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai menghasilkan kain songke dengan motif yang beragam. Kain Songke yang ditenun oleh kaum ibu-ibu di kampung tersebut itu biasanya dijadikan selendang, sarung, serta bahan dasar untuk baju serta jas, Topi dan seiring perkembangan zaman, kain songke bisa dijadikan tas. 

Pada setiap kain tenunan yang dihasilkan Ibu-Ibu di Desa Golo terdapat berbagai motif dengan sarat makna dan merupakan warisan turun temurun leluhur orang Manggarai. Adapun motif tersebut diantaranya motif ranggong (laba-laba), motif Ntala (Bintang), motif Wela Kawu (bunga kapuk) serta motif lain dengan makna yang berbeda. Setiap corak atau motif yang terdapat pada kain songke pada dasarnya memiliki makna. 

Faktor-faktor yang menyebabkan kerajinan tenun Songke di Desa Golo dpat berkembang menjadi mata pencaharian masyarakat bagi kaum ibu-ibu. Di sisi lain keinginan masyarakat Desa Golo atau masyarakat Manggarai yang lebih dominan memiliki keterampilan sebagai penenun dan keinginan meningkatkan pendapatan serta perekonomian agar hidup lebih sejahtera.

Pada awalnya, kain tenun tersebut hanya digunakan untuk  diri sendiri atau keluarga, dan tidak diperjualbelikan. Masyarakat Manggarai  menganggap kain tenun sebagai harta keluarga yang berharga. Menenun adalah  tradisi yang dilakukan secara turun-temurun. Bagi seorang perempuan menenun  merupakan hal yang harus bisa dilakukan. Selembar kain tenun memiliki nilai yang  amat berharga dan istimewa, karena pembuatannya yang benar-benar dimulai dari memintal kapas menjadi benang, proses pewarnaan kain hingga jadinya kain dan  tahap-tahap tersebut merupakan salah satu cara untuk mengakui pemberian alam kepada manusia.  


Komentar

Posting Komentar